Berita terkini, update prabowo subianto yang humanis, berani dan tegas
Berita  

Penguatan Data Ekonomi AS Memicu Pelemahan Rupiah

Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menyatakan bahwa pelemahan rupiah merupakan hasil dari data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang lebih kuat. Ini menunjukkan kemungkinan The Fed untuk mempertahankan suku bunga acuan lebih lama dan mendorong permintaan dolar AS yang lebih kuat. Salah satu data AS yang berpengaruh adalah Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur AS yang mencapai 50,0, melebihi ekspektasi sebesar 49,5.

Lebih lanjut, pasar memperkirakan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) AS pada kuartal II/2023 sebesar 4,3 persen, yang akan dirilis malam ini. Pada hari Jumat (27/10), investor akan fokus pada data inflasi Personal Consumption Expenditures (PCE) Price Index AS yang diperkirakan naik 0,3 persen bulan ke bulan (MoM) dan 3,7 persen tahun ke tahun (YoY).

Menurut analis pasar mata uang, Lukman Leong, pelemahan rupiah juga dipengaruhi oleh kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun. Selain itu, pidato Gubernur Bank Sentral AS, Jerome Powell, cenderung lebih hawkish. Tidak adanya data ekonomi dari China hari ini juga berkontribusi terhadap penekanan mata uang regional dan Asia, termasuk rupiah.

Pada penutupan perdagangan hari ini, rupiah melemah sebesar 50 poin atau 0,31 persen menjadi Rp15.920 per dolar AS dibandingkan penutupan sebelumnya sebesar Rp15.870. Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Kamis juga melemah menjadi Rp15.933 dari sebelumnya Rp15.871 per dolar AS. Tulis ulang artikel ini dan hapus semua URL.