Belanja negara perlu dipacu demi stimulus kembalinya pertumbuhan ekonomi Indonesia
Kepala ekonom Bank Permata, Josua Pardede, mengatakan bahwa masih ada peluang untuk meningkatkan belanja negara hingga akhir 2023, terutama terkait dengan belanja pemilu. Hal ini bertujuan untuk memberikan stimulus agar pertumbuhan ekonomi Indonesia kembali ke kisaran 5 persen pada kuartal IV-2023. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2023 tercatat sebesar 4,94 persen.
Menurut Josua, pemerintah masih bisa meningkatkan belanja, terutama terkait dengan belanja pemilu 2024 yang belum sepenuhnya dilakukan. Belanja barang dan belanja terkait bantuan sosial juga dapat ditingkatkan untuk stabilisasi harga pangan dan menjaga daya beli masyarakat kecil.
Hingga Oktober 2023, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih mencatatkan defisit yang sangat rendah, sebesar -0,003 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), masih jauh di bawah target outlook yang di kisaran -2 persen. Josua menilai bahwa masih ada ruang belanja pemerintah, terutama di belanja non-kementerian/lembaga (K/L).
Ia juga menyoroti upaya pemerintah untuk membuat APBN sebagai bantalan dari ketidakpastian yang masih berlanjut, terutama terkait pelemahan ekonomi global, risiko naiknya harga minyak dunia akibat konflik timur tengah, dan risiko El Nino terhadap harga pangan. Keseimbangan primer (primary balance) masih surplus, sehingga pelebaran defisit APBN masih baik untuk kondisi ekonomi.
Meski kondisi APBN secara keseluruhan mengalami defisit, keseimbangan primer mencatat surplus sebesar Rp365,4 triliun. Selain itu, realisasi pembiayaan anggaran pun membaik dengan penurunan 61,8 persen.
Referensi:
Martha Herlinawati Simanjuntak. Pewarta
Ahmad Wijaya. Editor
Copyright © ANTARA 2023