Dalam sejarah perkembangan sosial dan peradaban manusia, terjadi evolusi organisasi dan pembagian pekerjaan. Terutama dalam profesi militer, terdapat kelompok-kelompok yang ditugaskan sebagai pembela desa, suku, atau kerajaan. Hal ini menyebabkan munculnya pemimpin, kelompok pemimpin, dan kelompok yang dipimpin dalam dinamika hubungan antara manusia.
Dalam evolusi peradaban manusia, mulai dari masa manusia sebagai pemburu dan pengumpul makanan, pemimpin kelompok biasanya adalah orang yang paling berhasil dalam berburu dan mengumpulkan makanan. Mereka memiliki fisik yang kuat dan jiwanya paling berani karena tugas mereka termasuk berburu binatang buas dan melindungi kelompok mereka.
Beberapa ahli psikologi menemukan bahwa manusia cenderung memilih pemimpin yang bisa memberi jaminan rasa aman, baik dari kelaparan, binatang buas, ancaman, dan sebagainya. Oleh karena itu, pemimpin dianggap memiliki ketangguhan fisik, keberanian, dan kecerdasan.
Di dalam kelompok prajurit, pemimpin dipilih berdasarkan kekuatan fisik, keberanian, dan kecerdasannya. Mereka dianggap mampu memberi arah, memberi solusi, dan memberi rasa aman bagi kelompoknya.
Perwira adalah kelompok pimpinan dalam militer. Mereka dipilih berdasarkan ketangguhan fisik, keberanian, dan kecerdasan mereka. Pemimpin yang dipilih oleh kelompoknya harus menjadi prajurit terbaik di perkumpulannya. Hal ini juga berlaku untuk komandan regu, komandan peleton, komandan batalyon, dan komandan kompi. Kepemimpinan di militer selalu berhubungan dengan kepemimpinan tatap muka.
Pemimpin yang memimpin dari depan dianggap sebagai pemimpin yang baik. Mereka harus mampu tembak, lari, menguasai ilmu militer, membaca peta, serta memahami taktik dan teknik perang. Mereka juga harus memahami ilmu sosial karena harus bergaul dengan rakyat dan memimpin pasukan di tengah-tengah rakyat.
Jadi, kesimpulannya, pemimpin militer harus menjadi prajurit terbaik dalam pasukannya agar mampu memimpin dengan baik dan memberikan jaminan rasa aman bagi kelompoknya.
Sumber link: Prabowo Subianto