Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku Kepemimpinan Militer 1: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto]
Setelah lulus Sekolah Komando, saya pertama kali ditempatkan di Korps Baret Merah Grup 1 Para Komando yang saat itu bernama Kopassandha, Komando Pasukan Sandi Yudha. Komandan grup saya adalah Letnan Kolonel Soegito yang kemudian menjadi Kolonel. Meskipun saya masih Letnan Dua dan tidak begitu dekat dengan beliau, ada hal menarik yang bisa saya tarik dari kepemimpinan Pak Soegito.
Pak Soegito memimpin penerjunan di Kota Dili di Timor Timur pada tanggal 7 Desember 1975. Setelah kembali dari Timor Timur, beliau menceritakan kisah-kisah operasi penerjunan di sana. Beliau selalu menekankan pada pentingnya kesiapan untuk mati dan bahwa tidak ada perbedaan dalam menghadapi risiko perang di antara semua anggota satuan, baik prajurit Tamtama maupun komandan.
Beliau juga menunjukkan contoh kepemimpinan dengan selalu berada di tengah-tengah anak buah, terlibat langsung dalam serbuan bersama pasukannya, dan ikut serta dalam pertempuran di Dili sampai berhasil merebut kota tersebut. Kisah-kisah ini memotivasi kami yang muda untuk ikut terjun dalam operasi tempur dan membuktikan kesetiaan serta patriotisme kami sebagai prajurit TNI.
Kepemimpinan Pak Soegito juga terlihat dalam kehidupan sehari-hari di Mako, di mana beliau selalu berlari bersama anak buah, bahkan membawa senjata meskipun sudah memiliki pangkat tinggi. Beliau juga aktif bermain olahraga bersama para perwira, serta memiliki suasana keakraban dan humoris dalam hubungan dengan anak buahnya.
Saya melihat bahwa karier beliau selalu berada di barisan depan, dan bahkan setelah pensiun pun beliau tetap hidup sederhana layaknya prajurit sejati. Saya bersyukur beliau dapat pensiun sebagai Letnan Jenderal TNI.
