Dalam bukunya, Prabowo Subianto menjelaskan bahwa ada beberapa contoh kasus perwira dan komandan yang tidak patut dijadikan contoh sebagai pemimpin. Ia menyatakan bahwa cerita-cerita ini bukan untuk merendahkan orang, tetapi sebagai peringatan agar hal-hal semacam ini tidak terulang.
Meskipun Prabowo banyak mengisahkan pemimpin yang patut dijadikan teladan, ia juga menyoroti kasus-kasus perwira dan komandan yang tidak layak. Salah satu contohnya terjadi di suatu pasukan yang dipimpin oleh lulusan Akademi Militer di suatu daerah operasi. Letnan tersebut memerintahkan pembuatan pos pertahanan dan selama beberapa minggu, ia membawa anak kepala suku sebagai ‘gundiknya’.
Ketika pasukan akan pulang, rakyat kampung melakukan penyergapan terhadap pos tersebut dan menyebabkan seluruh pasukan tewas. Kejadian ini mengegerkan TNI pada saat itu dan merupakan contoh fatal dari kesalahan kepemimpinan di lapangan.
Prabowo menegaskan bahwa tindakan letnan tersebut melanggar kaidah-kaidah yang diajarkan di TNI, yaitu membela kepentingan rakyat. Sikap arogan tersebut mengakibatkan bencana bagi anak buahnya dan menyebabkan akibat yang fatal. Prabowo menekankan bahwa cerita ini bukan digunakan untuk menjatuhkan orang, tetapi sebagai peringatan agar tidak mengulangi kesalahan serupa.