Prabowo Subianto, capres nomor urut 2, menyoroti penggunaan anggaran stunting di Indonesia yang dianggap kurang efisien. Presiden Joko Widodo sebelumnya juga pernah mengeluhkan masalah ini. Prabowo mengungkapkan bahwa anggaran stunting sebesar Rp10 miliar sebagian besar digunakan untuk perjalanan dinas, rapat kerja, dan simposium, bukan untuk membeli makanan dan susu.
Dalam programnya bersama cawapres Gibran Rakabuming Raka, Prabowo mendorong program makan siang dan susu gratis bagi anak-anak di sekolah sebagai upaya pencegahan stunting yang lebih efisien. Menurutnya, program ini sudah dilaksanakan di lebih dari 76 negara di dunia, termasuk negara dengan pendapatan perkapita setengah dari Indonesia.
Prabowo menekankan bahwa program makan siang dan susu gratis bukanlah hal yang sia-sia, karena termasuk dalam cakupan bantuan sosial dan pendidikan. Ia juga menyebut bahwa Jokowi sebelumnya juga menyatakan bahwa anggaran penanganan stunting seharusnya lebih banyak dialokasikan untuk pembelian telur, susu, ikan, daging, sayuran, dan lainnya, karena bahan-bahan tersebut langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat yang mengalami stunting.
Prabowo berpendapat bahwa refokus dan pengalokasian ulang sumber daya akan memungkinkan program makan siang dan susu gratis ini dapat diimplementasikan pada semua bidang sosial dan pendidikan. Ia menyatakan bahwa sumber daya memang tersedia jika dapat dialokasikan lebih fokus kepada hal-hal yang mendesak.
Jokowi sendiri pernah menyatakan bahwa anggaran stunting seharusnya lebih banyak dialokasikan untuk membeli makanan langsung bagi masyarakat yang mengalami stunting, bukan untuk kegiatan rapat atau perjalanan dinas.