Prabowo Subianto menyatakan bahwa Indonesia memiliki paradoks di mana meskipun kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusia, sebagian besar rakyat masih hidup dalam kemiskinan. Dia menegaskan bahwa ekonomi Indonesia tidak sehat jika dibandingkan dengan negara lain seperti Tiongkok atau Singapura. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang begitu pesat disebabkan oleh implementasi prinsip-prinsip state capitalism, di mana seluruh cabang produksi penting dan sumber daya alam dikuasai oleh negara melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Prabowo menunjukkan bahwa Indonesia seharusnya menjalankan Pasal 33 UUD 1945 yang mirip dengan prinsip kapitalisme negara ala Tiongkok, namun hingga saat ini Indonesia masih terperangkap dalam sistim ekonomi yang dikuasai oleh oligarki. Dia menekankan bahwa keputusan politik menentukan apakah rakyat Indonesia akan menjadi kaya atau miskin, dan bahwa pengelolaan kekayaan negara adalah keputusan politik yang penting.
Prabowo menyatakan bahwa paradoks Indonesia dapat diatasi jika elit Indonesia memiliki jiwa kepemimpinan, kearifan, dan kehendak untuk mengambil keputusan politik yang tepat. Dia menekankan bahwa Indonesia seharusnya mampu keluar dari perangkap negara menengah dengan mencapai pertumbuhan ekonomi dua digit secara berkelanjutan. Prabowo percaya bahwa Indonesia memiliki potensi untuk menjadi negara yang kuat dan terhormat jika dapat menjalankan strategi yang benar, manajemen yang baik, dan pemerintahan yang bersih.