Konsep PINTAR ini menjadi salah satu kunci bagi UMKM untuk bisa terus berkembang. Deputi Gubernur Bank Indonesia Juda Agung mengimbau pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) Kalimantan Barat menerapkan Konsep PINTAR agar lebih maju dan berkembang.
Huruf P, diartikan produk, di mana produk UMKM harus mumpuni dari segi kualitas dan kuantitas,” kata Juda di Pontianak, Sabtu.
Juda melihat di berbagai kesempatan produk UMKM dipromosikan dalam berbagai ajang di luar. Tidak hanya skala nasional tetapi juga internasional.
Namun lanjut Juda, ketika pembeli dari luar tertarik untuk membeli, bahkan dalam jumlah yang banyak, sayangnya secara jumlah tidak bisa dipenuhi.
“Kuantitas itu penting dan sangat penting, sehingga UMKM harus bergabung membentuk kelompok sehingga kuantitas memadai untuk diekspor keluar negeri. Katakanlah koperasi, klaster, atau korporat tapi isinya UMKM, agar memenuhi kuantitas itu dan jika besar maka perbankan tertarik untuk membiayainya,” kata Juda.
Kemudian, lanjut Juda, huruf lainnya adalah I yang diartikan Inovasi. Menurutnya, UMKM harus terus melakukan inovasi karena mengingatkan selera pasar yang juga sering terus berubah.
Perbankan maupun lembaga lainnya bisa melakukan pendampingan agar UMKM bisa berinovasi. Pendampingan itu seperti cara melihat potensi pasar.
Juda mencontohkan pada fesyen. Terkadang pengaruhnya hanya soal warna. Jika UMKM bisa memenuhi berdasarkan selera pasar maka penjualan produknya akan tinggi.
Selanjutnya, kata Juda, huruf N yang diartikan sebagai Narasi. Pelaku UMKM harus bisa membangun narasi terkait produknya.
Juda mencontohkan pada produk kain tenun Sambas. Narasi yang dibangun bisa menceritakan produk UMKM itu dikerjakan kelompok perempuan untuk meningkatkan penghasilan keluarga. Kemudian bahan yang digunakan seperti pewarna alami.
“Sehingga narasi itu penting, cerita itu bisa menambah nilai produk sehingga harga lebih tinggi. Ada lagi cerita misalnya berkaitan dengan green economy,” katanya.
Lalu kata Yuda, huruf T, dengan artian teknologi. Pelaku UMKM harus mau memanfaatkan teknologi digital dalam mengenalkan produknya ke luar, bahkan dalam sistem pembayaran.
“Dengan teknologi digital maka UMKM bisa dengan mudah, memasarkan ke luar negeri. Apalagi didukung dengan sistem pembayaran digital sehingga mempermudah orang berbelanja,” kata Juda.
Ia menyebutkan saat ini sudah ada 30 juta merchant atau pedagang yang menggunakan QRIS, yang merupakan transaksi pembayaran non tunai. Lalu dari jumlah itu 90 persen adalah pelaku UMKM.
Berikutnya adalah Huruf A yang bermakna Akses keuangan. Juda Agung mengingatkan perbankan untuk memperhatikan akses permodalan bagi UMKM.
Perbankan, kata Juda, bisa membantu jika melihat masalah yang dialami UMKM berkaitan dengan pencatatan keuangan.
“Bank Indonesia sudah punya aplikasi SIAPIK untuk mencatat transaksi UMKM. Agar bisa terlihat kinerja keuangan. Ini juga bisa memudahkan perbankan melakukan assessment kelayakan dari UMKM tersebut,” tuturnya.
Terakhir Hurif R yang memiliki arti Regulasi dan ditambah sinergi. Menurutnya, UMKM bisa maju maka harus mendapatkan dukungan regulasi seperti untuk masalah perizinan, perpajakan.
Pewarta: Rendra Oxtora
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2024