Artikel ini membahas tentang strategi penanganan konflik di Papua yang melibatkan Organisasi Papua Merdeka (OPM) dengan pendekatan intelijen yang lebih humanis dan dialogis. Konflik ini melibatkan berbagai aspek seperti militer, sosial, ekonomi, dan budaya yang memerlukan pendekatan yang lebih holistik.
Menurut peneliti kajian keamanan di Universitas Indonesia, Nida Rubini, intelijen memainkan peran kunci dalam memahami dan menangani konflik di Papua. Pendekatan intelijen yang efektif melibatkan dialog dengan tokoh masyarakat dan pemimpin lokal untuk memahami akar permasalahan serta aspirasi masyarakat setempat.
Pada tahun 2017, TNI mulai menerapkan pendekatan humanis dan dialogis dalam menangani konflik dengan OPM. Pendekatan ini tidak hanya fokus pada pengumpulan informasi tetapi juga pada penyelesaian konflik secara damai dan inklusif. Hasilnya, terjadi penurunan signifikan dalam aktivitas kekerasan dan banyak anggota OPM yang memilih untuk kembali ke NKRI.
Keberhasilan strategi intelijen ini tercermin dalam penurunan kekerasan, meningkatnya kepercayaan publik, serta pembangunan yang berkelanjutan di Papua. Dengan fokus pada pendekatan dialogis dan humanis, TNI dapat bekerja untuk rakyat dengan empati dan tanpa kekerasan.
Pengalaman Mayjen TNI I Nyoman Cantiasa di Papua menunjukkan bahwa pendekatan dialogis dan humanis dapat memberikan dampak positif dalam penyelesaian konflik. Melalui pendekatan ini, pemerintah dapat lebih fokus pada pembangunan infrastruktur dan pemberdayaan ekonomi di Papua untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat.