President Direktur Schroders Investment Management Michael Tjoajadi menyampaikan tiga faktor utama agar Indonesia dapat lepas dari ‘middle income trap’ dan mencapai negara maju.
Ke-tiga faktor tersebut di antaranya demografi, dekarbonisasi, dan deglobalisasi, kata Michael dalam seminar bertajuk “Optimisme Baru Pembangunan Ekonomi Era Pemerintahan Prabowo-Gibran” di Jakarta, Kamis.
Di tengah bonus demografi, Ia menyebut Indonesia membutuhkan peningkatan kemampuan dan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM), sehingga akan dapat bersaing di tingkat global pada masa mendatang.
“Jumlah penduduk kita cukup besar, menarik menjadi pasar, menarik untuk melakukan consumption. Tetapi, kita juga harus naik kelas, manusia- manusia yang ada di sini harus naik kelas,” ujar Michael.
Ia menjelaskan, salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas SDM, di antaranya dengan menambah investasi pada sektor ini.
“Contoh, beasiswa LPDP harus di push. Lebih banyak lagi di kirim ke luar negeri untuk belajar science, lebih banyak,” ujar Michael.
Kemudian, deglobalosasi, Ia mengatakan Indonesia perlu meningkatkan kinerja sektor manufaktur agar dapat bersaing di tingkat global.
“Manufaktur itu penting,” ujar Michael.
Kemudian, dekarbonisasi, Ia menjelaskan Indonesia perlu membenahi peraturan (regulasi) terkait dengan dekarbonisasi.
“Kita butuh capital, kita tarik foreign untuk inject capital. Tetapi, kita tidak memiliki aturan untuk itu (dekarbonisasi). Sehingga, mereka (asing) bertanya- tanya kenapa harus invest,” ujar Michael.
Dalam kesempatan sama, Staf Ahli Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Raden Pardede menyebut bahwa sektor manufaktur menjadi opsi yang dapat menyelamatkan kelas menengah.
“Persoalan di kelas menengah, pilarnya itu sektor formal dan manufaktur yang produktivitasnya relatif tinggi,” ujar Raden.
Menurutnya, partisipasi kelas menengah pada sektor manufaktur dinilai dapat meningkatkan kualitas produk manufaktur, yang mana apabila ini terjadi, maka produktivitas manufaktur dapat bekerja dan kelas menengah memiliki pendapatan yang memadai untuk menopang daya beli mereka.
“Maka, mesin ekonominya akan bergerak sendiri karena daya belinya kuat untuk membeli barang-barang kita, dan manufakturnya juga bekerja,” ujar Raden.