PortalMetroTV.info adalah situs berita yang menyajikan informasi terkini dan terpercaya dari berbagai bidang, termasuk politik, ekonomi, teknologi, hiburan, dan olahraga
Berita  

“Frugal Living di Era PPN 12%: Tips dan Trik”

Rencana kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11 persen menjadi 12 persen telah menimbulkan berbagai reaksi di kalangan masyarakat. Salah satu respons yang menarik adalah semakin maraknya tren frugal living atau gaya hidup hemat. Bagi sebagian orang, frugal living bukan hanya sebagai bentuk adaptasi, tetapi juga sebagai pernyataan sikap terhadap kebijakan fiskal yang dianggap membebani. Dalam konteks ini, penting bagi semua pihak untuk memahami dampak fenomena ini terhadap ekonomi, serta merumuskan langkah-langkah yang dapat diambil oleh pemerintah dan masyarakat untuk menciptakan sinergi yang lebih baik.

Frugal living sebenarnya bukan hal baru. Gaya hidup ini telah lama dikenal sebagai strategi individu untuk mengelola pengeluaran dan mencapai kestabilan finansial. Namun, dengan konteks kenaikan PPN, praktik ini tampak lebih sebagai bentuk protes sosial-ekonomi. Beberapa masyarakat merasa bahwa kenaikan PPN langsung memengaruhi kebutuhan sehari-hari mereka, mengurangi daya beli, dan menimbulkan tekanan tambahan dalam situasi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih dari pandemi.

Meskipun PPN merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang signifikan, sekitar 40 persen dari total penerimaan pajak, kebijakan ini perlu disusun dengan strategi komunikasi dan implementasi yang matang agar tidak menimbulkan kegelisahan sosial. Di tengah tantangan ini, Indonesia tidak sendirian, banyak negara lain juga menerapkan PPN sebagai instrumen fiskal utama.

Sebagai contoh, rata-rata tarif PPN di Uni Eropa mencapai 21 persen, dengan beberapa negara seperti Hungaria, Swedia, dan Denmark menerapkan tarif yang lebih tinggi. Meski demikian, negara-negara ini berhasil memitigasi dampak negatif dengan berbagai kebijakan kompensasi. Di sisi lain, Indonesia dengan tarif PPN 12 persen masih berada di bawah rata-rata global namun tergolong tinggi di kawasan Asia Tenggara.

Untuk mengatasi dampak kenaikan tarif PPN, Indonesia perlu mengambil langkah-langkah khusus yang mengakomodasi kebutuhan masyarakat. Peningkatan transparansi terkait penggunaan hasil pajak, pemberian insentif langsung untuk meringankan beban masyarakat, dan meningkatkan literasi keuangan masyarakat adalah beberapa contoh langkah yang dapat diambil. Dengan pendekatan yang tepat dan dukungan dari berbagai pihak, Indonesia memiliki peluang besar untuk mengelola tantangan ini dengan cara yang konstruktif.

Tidak hanya sebagai bentuk protes, frugal living juga dapat menjadi katalis perubahan positif dalam pengelolaan ekonomi nasional jika dikelola dengan baik. Seiring dengan dialog yang intensif antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat, Indonesia dapat merespons fenomena frugal living di tengah kenaikan PPN dengan cara yang berkelanjutan dan inklusif.