Pemanasan global tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga pada ekonomi dan kehidupan sehari-hari masyarakat. Kenaikan biaya hidup yang dipicu oleh perubahan iklim semakin memperburuk disparitas ekonomi di berbagai negara, termasuk Indonesia. Inflasi global yang meningkat telah menyebabkan lonjakan harga pangan, energi, dan barang kebutuhan pokok, menempatkan tekanan ekstra pada rumah tangga, terutama yang berpenghasilan rendah.
Perubahan iklim juga berkontribusi pada kenaikan harga pangan melalui cuaca ekstrem yang merusak tanaman dan mengganggu rantai pasokan. Misalnya, kekeringan yang melanda Indonesia mengakibatkan penurunan produksi beras, menyebabkan kenaikan harga yang memberatkan masyarakat. Upaya untuk mengatasi krisis ini tidak hanya harus fokus pada aspek lingkungan, tetapi juga pada kebijakan ekonomi yang integratif.
Integrasi risiko terkait iklim dalam perencanaan fiskal dan moneter dapat membantu menciptakan stabilitas ekonomi dan melindungi sektor-sektor vital dari dampak buruk perubahan iklim. Indonesia dapat belajar dari langkah-langkah yang diambil oleh negara lain, seperti pengembangan platform investasi untuk mendukung ketahanan iklim dan kolaborasi regional dalam menghadapi risiko iklim.
Selain itu, perlu adanya langkah-langkah konkret seperti investasi dalam infrastruktur tahan iklim dan pengembangan sistem keuangan hijau. Dengan pendekatan yang terintegrasi antara kebijakan iklim dan ekonomi, Indonesia dapat melindungi masyarakat rentan, memperkuat stabilitas ekonomi, dan memastikan keberlanjutan pembangunan nasional. Dukungan dari berbagai pihak, termasuk para ahli ekonomi dan lembaga terkait, akan menjadi kunci keberhasilan dalam menghadapi tantangan ini.