Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan saran terhadap pembaruan Indonesia Country Partnership Framework (CPF) kepada Vice President (East Asia & Pacific) World Bank Manuela V. Ferro. Menurut Sri Mulyani, CPF adalah instrumen penting yang digunakan untuk menyelaraskan visi tujuan pembangunan antara World Bank Group dengan negara-negara anggotanya. Dalam pertemuan tersebut, dia berharap CPF yang diperbarui dapat mengikuti dinamika geopolitik dan situasi politik domestik yang ada, sambil mempertimbangkan aspek sosial dan ekonomi.
Arsitektur CPF yang baru diharapkan dapat diformulasikan dengan tepat agar dapat memberikan dampak positif dan konstruktif bagi Indonesia. Sri Mulyani juga menyoroti isu-isu ekonomi terkini di Indonesia dan mengikuti perkembangan dinamika global bersama Manuela. Di tengah situasi ekonomi global yang kurang menguntungkan, Sri Mulyani menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara permintaan dan produksi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tinggi tanpa memicu inflasi.
Meskipun terdapat risiko global dan ketidakstabilan geopolitik, perekonomian Indonesia saat ini masih relatif stabil. Dengan pertumbuhan ekonomi sekitar 5 persen, pemerintah tetap berupaya mencapai pertumbuhan yang lebih tinggi dengan menjaga stabilitas harga dan produksi. Presiden Prabowo Subianto bahkan menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen di masa mendatang. Sri Mulyani menekankan bahwa pertumbuhan tanpa inflasi adalah sebuah pencapaian yang luar biasa dan perlu terus dijaga.
Kemajuan di bidang teknologi digital juga menjadi faktor yang memengaruhi sektor-sektor ekonomi, politik, dan sosial. Disrupsi digital dan kecerdasan buatan (AI) semakin menjadi bagian dari realitas yang tidak bisa dihindari. Dengan semua kompleksitas tersebut, Indonesia tetap berusaha untuk mempertahankan stabilitas ekonomi dan mencapai pertumbuhan yang berkualitas.