Setiap tahun, pada tanggal 1 Januari, dunia merayakan tahun baru. Namun, mengapa tanggal ini dipilih sebagai awal tahun baru? Sejarah mencatat bahwa sebelum kalender Masehi, manusia menggunakan kalender Romawi. Kalender Romawi awalnya hanya terdiri dari 10 bulan dan 304 hari dalam setahun, yang membuat tahun baru dirayakan pada awal musim semi. Namun, perhitungan terhadap perputaran matahari tidak cocok dengan kalender Romawi, sehingga Kaisar Julius Caesar menciptakan kalender Julian yang berbasis matahari. Julius Caesar kemudian menetapkan tanggal 1 Januari sebagai awal tahun baru, yang diambil dari nama bulan Janus yang merupakan dewa Romawi perubahan dan permulaan.
Meskipun demikian, pada tahun 567 Masehi, warga Eropa memiliki tanggal sendiri untuk merayakan tahun baru Masehi, yakni tanggal 25 Maret. Hal ini disebabkan oleh pertimbangan agama Kristen yang tidak merayakan perayaan pada tanggal 1 Januari. Setelah reformasi kalender Gregorian pada tahun 1582, tanggal 1 Januari kembali ditetapkan sebagai Hari Tahun Baru. Meskipun beberapa negara tertentu tidak langsung mengadopsi kalender Gregorian, seperti Inggris yang baru melakukan hal tersebut pada tahun 1752.
Perayaan tahun baru sebenarnya telah ada sejak 4.000 tahun yang lalu, terutama di Babylonia, Mesopotamia Kuno. Perayaan tersebut dihubungkan dengan unsur agama dan mitologi, biasanya dilakukan pada bulan baru pertama setelah ekuinoks musim semi. Dengan mengamati sinar matahari dan kegelapan yang seimbang, perayaan tahun baru ini merupakan tradisi tertua yang masih dipertahankan hingga saat ini.