Elon Musk, orang terkaya di dunia dan penasihat utama Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, menyatakan bahwa ia tidak tertarik dalam mengakuisisi operasi platform berbagi video pendek TikTok di Amerika Serikat. TikTok saat ini menghadapi masalah hukum di AS terkait keamanan nasional dan pemisahan dari pemiliknya, ByteDance di China.
Dalam komentar terbarunya, Musk menjelaskan bahwa saat ini tidak ada rencana atau tawaran untuk mengakuisisi TikTok meskipun Presiden Trump telah membuka kesempatan tersebut kepadanya. Meskipun Musk memiliki berbagai perusahaan seperti X, Tesla, dan lainnya, ia menyatakan bahwa tidak menggunakan TikTok secara pribadi dan tidak tertarik untuk mengambil alih perusahaan tersebut.
Selain itu, telah terjadi lonjakan ujaran kebencian dan disinformasi sejak Musk mengambil alih media sosial Twitter, yang ia ubah namanya menjadi X. Meskipun Musk adalah pendukung keuangan utama Trump, ia tetap fokus pada inisiatifnya sendiri seperti Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) yang bertujuan untuk mengurangi anggaran pemerintah federal.
Musk juga menyoroti pentingnya Keberagaman, Kesetaraan, dan Inklusi (DEI) namun menegaskan bahwa DEI hanya merupakan rasisme baru dalam nampanya. Pejabat AS juga berupaya untuk memberlakukan kebijakan Trump terhadap DEI di seluruh birokrasi federal. Di sisi lain, di Jerman, Musk mendukung partai anti-imigrasi sayap kanan AfD, meskipun hal ini tetap menjadi subjek sensitif di negara tersebut.