Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Trismidianto mengungkap bahwa polusi udara berpotensi menyebabkan hujan asam yang dapat merusak lingkungan dan infrastruktur. Air hujan yang tercemar oleh polutan seperti logam berat, sulfur dioksida, dan nitrogen oksida dapat membentuk hujan asam, seperti yang terjadi pada Patung Pancoran yang mengalami korosi akibat hujan asam. Trismidianto menjelaskan pentingnya kesadaran akan air hujan tercemar, karena polusi udara dan hujan yang terkontaminasi dapat membawa polutan yang merugikan.
Menyadari risiko yang ditimbulkan, penelitian di bidang iklim dan atmosfer menjadi krusial untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan dalam menangani dampak hujan asam serta fenomena lingkungan lainnya. Trismidianto juga menyoroti peran lapisan atmosfer Bumi, khususnya troposfer di mana terbentuknya hujan asam, dan ionosfer yang berpengaruh pada penerbangan dan prediksi bencana.
Interaksi antara atmosfer dan lautan juga memiliki dampak signifikan terhadap pola cuaca global dan pertanian. Contohnya adalah El Nino, yang disebabkan oleh gangguan pada sirkulasi atmosfer dan lautan, yang dapat mengakibatkan perubahan cuaca ekstrem dan pengaruh negatif pada tanaman dan hasil panen. Trismidianto menggarisbawahi bahwa perubahan iklim saat ini erat kaitannya dengan aktivitas manusia, dan perlu langkah-langkah konkret untuk menstabilkan perubahan iklim yang terjadi.
