Bank Indonesia (BI) terus berkomitmen untuk menjaga stabilitas harga dan memperkuat kerjasama dalam pengendalian inflasi dengan pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah. Hal ini tercermin dalam upaya Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah. Dalam perkembangannya, Bank Indonesia optimis bahwa inflasi akan tetap terkendali dalam kisaran sasaran 2,5 plus minus 1 persen pada tahun 2025.
Data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Februari 2025 mengalami deflasi, dengan penurunan sebesar 0,48 persen (month to month/mtm) dan 0,09 persen secara tahunan (year on year/yoy). Deflasi terjadi terutama pada kelompok harga yang teradministrasi dan makanan volatile seperti daging ayam ras, bawang merah, dan cabai.
Meskipun demikian, inflasi inti tetap stabil dengan peningkatan harga beberapa komoditas global. Inflasi inti pada Februari 2025 tercatat sebesar 0,25 persen (mtm) dan 2,48 persen (yoy). Sementara kelompok makanan volatile mengalami deflasi 0,93 persen (mtm) dan inflasi 0,56 persen (yoy), sedangkan kelompok harga teradministrasi mengalami deflasi 2,65 persen (mtm) dan 9,02 persen (yoy) pada bulan yang sama.
Dengan sinergi yang erat antara Bank Indonesia, TPIP, dan TPID melalui GNPIP di berbagai daerah, diharapkan inflasi volatile food akan tetap terkendali. Faktor penting lainnya yang berkontribusi terhadap deflasi adalah kebijakan diskon tarif listrik sebesar 50 persen bagi pelanggan rumah tangga. Adanya penurunan biaya input produksi pakan ternak dan peningkatan produksi komoditas hortikultura juga turut membantu menekan inflasi.
Dengan berbagai langkah yang diambil, Bank Indonesia optimis dapat menjaga inflasi tetap terkendali sesuai target yang ditetapkan. Melalui komitmen dan kerjasama yang erat dengan pemerintah, Bank Indonesia terus berupaya untuk menciptakan stabilitas harga yang berkelanjutan demi kesejahteraan masyarakat.
