Pelemahan rupiah di atas level Rp16.300 per dolar AS disebabkan oleh kebijakan AS, demikian menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Nilai tukar rupiah mengalami tekanan sejak awal 2025, dengan catatan terendah mencapai Rp16.340 per dolar AS pada 10 Maret 2025. Kombinasi dinamika global dan kebijakan eksekutif Presiden Donald Trump juga turut memengaruhi kurs mata uang Indonesia ini. Di samping itu, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun juga mengalami fluktuasi, namun Kementerian Keuangan tetap meyakini imbal hasil SBN masih stabil dan kompetitif. Meski demikian, pasar masih mewaspadai tantangan eksternal yang mungkin memengaruhi pertumbuhan Indonesia, seperti penurunan permintaan impor dari China dan kebijakan tarif tinggi dari Amerika Serikat. Hal ini dapat berdampak pada kurs rupiah, yang diperkirakan memiliki potensi menguat ke arah Rp16.400 per dolar AS. Selain itu, peringatan Fitch terhadap potensi ketidakpastian APBN juga menjadi perhatian, terutama terkait defisit fiskal yang diproyeksikan sedikit melebar pada tahun ini. Semua faktor tersebut menjadi sorotan dalam kondisi ekonomi dan keuangan Indonesia saat ini.
Sri Mulyani Sebut Kebijakan AS Penyebab Pelemahan Rupiah

Read Also
Recommendation for You

Pengamat mata uang sekaligus Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuabi, menilai pelemahan nilai tukar (kurs)…

Satuan Tugas Pemberantasan Aktivitas Keuangan Ilegal Otoritas Jasa Keuangan (Satgas PASTI OJK) menyarankan agar masyarakat…

Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Wakil Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), Febrian Alphyanto Ruddyard, mengungkapkan…

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) telah menerima total 40 laporan terkait entitas…

Keputusan Moody’s Investors Service untuk mempertahankan peringkat kredit Indonesia pada level Baa2 dengan outlook stabil…