Keputusan Moody’s Investors Service untuk mempertahankan peringkat kredit Indonesia pada level Baa2 dengan outlook stabil bukan sekadar pengakuan teknokratis atas ketahanan fiskal dan ekonomi nasional. Lebih dari itu, ini adalah cerminan dari cara dunia memandang kredibilitas kebijakan Indonesia, efektivitas pemerintah dalam menjaga stabilitas makroekonomi, serta tingkat kepercayaan terhadap arah pembangunan jangka panjang negara ini.
Menurut Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, hasil tinjauan berkala Moody’s tersebut mencerminkan keyakinan global terhadap ketahanan ekonomi Indonesia. Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, juga menegaskan bahwa kepercayaan lembaga pemeringkat internasional tersebut menjadi indikator positif atas resiliensi ekonomi nasional.
Di tengah gejolak global, ketidakpastian geopolitik, dan tekanan fiskal yang melanda banyak negara berkembang, posisi Indonesia yang tetap berada dalam kategori investment grade adalah sebuah capaian yang patut diapresiasi. Moody’s tentu tidak memberikan peringkat ini secara cuma-cuma. Mereka mencermati sejumlah indikator makroekonomi, termasuk pertumbuhan PDB, defisit fiskal, rasio utang terhadap PDB, cadangan devisa, kestabilan sistem keuangan, serta ketahanan eksternal.
Dalam berbagai indikator tersebut, Indonesia menunjukkan performa yang relatif solid. Faktor struktural seperti kekayaan sumber daya alam dan demografi yang menguntungkan menjadi pilar utama yang mendukung ketahanan ekonomi nasional. Kebijakan fiskal dan moneter yang dijalankan dengan disiplin juga memperkuat profil kredit Indonesia.
Meskipun demikian, tantangan ke depan adalah mencapai peringkat kredit yang lebih tinggi, seperti A3 atau A2. Masyarakat perlu memaknai peringkat ini sebagai landasan untuk mempercepat reformasi struktural. Baa2 menempatkan Indonesia pada posisi terbawah dalam kategori layak investasi, sehingga masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan agar Indonesia naik kelas menjadi negara dengan risiko rendah dan daya saing tinggi di mata investor global.
Agenda utama ke depan mencakup penguatan daya saing industri domestik, penguatan institusi fiskal, dan kualitas belanja negara. Reformasi perpajakan juga masih menjadi fokus utama. Indonesia harus menjadi tempat menciptakan nilai, bukan sekadar tempat menambang.
Selain itu, Indonesia perlu membangun narasi ekonomi jangka panjang yang konsisten dan mampu menjawab tantangan global. Dunia sedang bergerak ke arah ekonomi hijau, digitalisasi, dan deglobalisasi sebagian rantai pasok. Indonesia tidak boleh hanya bersikap responsif, tetapi juga harus adaptif dan proaktif.
Peringkat Baa2 ini harus menjadi momentum untuk memperkuat daya tahan, bukan hanya terhadap krisis ekonomi, tetapi juga terhadap krisis kepercayaan. Komunikasi yang jelas kepada investor, stabilitas hukum, dan institusi yang solid sangat penting untuk menjaga kepercayaan pasar.
Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, pemerintah akan terus memperkuat fondasi ekonomi nasional dan mendorong pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan. Moody’s pun menyatakan bahwa peringkat Indonesia bisa meningkat jika upaya memperluas sektor manufaktur dan meningkatkan daya saing komoditas dilakukan secara berkelanjutan. Kini saatnya membangun narasi bahwa Indonesia bukan sekadar negara dengan risiko menengah yang aman untuk investasi, tetapi juga negara dengan visi jangka panjang, komitmen reformasi, dan ambisi untuk menjadi pemimpin di antara negara-negara berkembang.