Dalam laporan risetnya, Head of Research Bahana Sekuritas, Satria Sambijantoro, mengungkapkan pandangan positif terhadap ekonomi domestik Indonesia. Menurutnya, ekonomi domestik tidak terlalu rentan terhadap guncangan perdagangan global, terutama dengan masuknya likuiditas global ke dalam negeri. Meskipun Exchange-Traded Fund (ETF) ekuitas Indonesia mengalami penurunan, Satria optimis bahwa pembeli institusional asing dan lokal kemungkinan besar akan muncul setelah liburan panjang Idulfitri.
Indonesia memiliki paparan perdagangan yang minimal terhadap Amerika Serikat (AS), hanya mencakup 2 persen dari produk domestik bruto (PDB). Meskipun produk Indonesia dikenakan tarif sebesar 32 persen oleh AS, hal ini masih merupakan tarif impor terendah dibandingkan dengan negara-negara pesaing lainnya seperti Bangladesh, Kamboja, Tiongkok, Sri Lanka, dan Vietnam.
Satria juga mencatat bahwa depresiasi rupiah sebesar 11 persen dalam enam bulan terakhir dapat menjadi lindung nilai alami terhadap tarif AS. Hal ini diiringi dengan penurunan harga minyak yang menjadi “cost” utama perusahaan-perusahaan di Indonesia. Meskipun terjadi pelemahan ekuitas global, Satria percaya bahwa Indonesia berada di zona “Goldilocks” yang diuntungkan oleh harga minyak yang lebih rendah dan penurunan suku bunga global.
Dengan pandangan positif terhadap ekonomi domestik Indonesia, Satria meyakini bahwa tarif AS yang baru tidak akan memberikan dampak signifikan terhadap laba perusahaan. Sebaliknya, perusahaan-perusahaan di Indonesia mungkin mengalami dampak positif dari depresiasi rupiah dan penurunan harga minyak. Dengan posisi rupiah yang dinilai rendah, ekspor manufaktur Indonesia diharapkan bisa lebih kompetitif ke AS dan menarik minat investor asing dalam ekuitas dan obligasi Indonesia.