Indonesia dan Amerika Serikat akan membahas tarif secara intensif selama 60 hari ke depan untuk mengimbangi surplus perdagangan Indonesia yang telah terjadi selama 59 bulan berturut-turut. Pemerintah Indonesia dan Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat (USTR) sepakat untuk segera memulai negosiasi tarif dengan menyiapkan kerangka kerja sama dalam waktu 60 hari ke depan. Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, menyatakan bahwa kedua pihak telah berkomitmen untuk bergerak cepat dalam pertemuan teknis antara Tim Teknis RI dan Tim dari pihak USTR.
Selain itu, Kementerian Transmigrasi akan membuka pendaftaran Program Transmigrasi Patriot pada akhir Mei 2025. Menteri transmigrasi, M. Iftitah Sulaiman Suryanagara, menyatakan bahwa pendaftaran akan dilakukan dengan matang untuk memastikan kelancaran prosesnya. Di sisi lain, Kementerian Perdagangan mengklarifikasi bahwa produk tekstil dan pakaian Indonesia yang diekspor ke Amerika Serikat saat ini tidak terkena tarif sebesar 47 persen seperti yang diberitakan sebelumnya, melainkan berkisar antara 15-30 persen.
Selain itu, ada rencana dari Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman, Maruarar Sirait (Ara), untuk mengalihkan lahan penjara menjadi kawasan perumahan. Ia mendukung kebijakan Presiden Prabowo Subianto yang ingin memindahkan penjara dari kawasan strategis di kota ke daerah terpencil untuk mendukung pengembangan kawasan perumahan. Sementara itu, Indonesia terus meraih surplus perdagangan hingga 59 bulan beruntun, dengan surplus pada Maret 2025 mencapai 4,43 miliar dolar AS atau Rp72,78 triliun.
Dengan demikian, Indonesia terus mempertahankan surplus perdagangan selama 59 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Kabar baik ini disampaikan oleh Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, yang menunjukkan konsistensi Indonesia dalam meraih surplus perdagangan. Berita ekonomi ini menjadi sorotan karena menunjukkan perkembangan yang signifikan dalam hubungan perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat.