Pendiri Microsoft, Bill Gates, mengungkapkan pandangannya mengenai situasi Bumi dalam menghadapi krisis iklim. Menurutnya, diperlukan teknologi bersih baru untuk mengatasi ancaman kehancuran akibat krisis iklim. Salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap krisis iklim adalah tingginya emisi karbon yang dihasilkan dari penggunaan energi fosil. Untuk itu, Gates menekankan pentingnya bagi semua pihak untuk mulai mengurangi emisi karbon.
Dalam kunjungannya ke Istana Kepresidenan Jakarta, Gates menyampaikan bahwa edukasi perubahan iklim telah membuatnya menyadari perlunya tindakan konkret, termasuk upaya mengurangi emisi karbon. Salah satu solusi yang dia sebutkan adalah pemanfaatan energi nuklir sebagai salah satu alternatif energi bersih. Pada tahun 2006, Gates mendirikan perusahaan TerraPower yang fokus pada pengembangan reaktor nuklir generasi baru.
Meskipun penggunaan energi nuklir dianggap bersih, namun biaya yang dibutuhkan untuk menerapkannya cukup tinggi. Gates berusaha keras untuk membuat energi nuklir lebih terjangkau secara finansial. Penelitiannya membawa pada pembangunan reaktor nuklir TerraPower pertama di Wyoming, Amerika Serikat, yang dijadwalkan mulai beroperasi pada tahun 2030. Reaktor ini memiliki kapasitas produksi listrik yang tinggi dan diharapkan dapat membantu dalam menyediakan energi bagi masyarakat yang membutuhkannya.
Meski nuklir dianggap sebagai sumber energi bersih karena minim emisi karbon, namun penggunaannya juga menimbulkan kontroversi dan pendapat yang beragam. Beberapa lembaga seperti Greenpeace menilai bahwa tenaga nuklir bukanlah solusi yang efektif untuk mengatasi krisis iklim. Meskipun beberapa negara seperti Jepang, Korea Selatan, dan Prancis mulai melirik energi nuklir sebagai opsi energi bersih, tantangan dalam hal biaya dan keamanan tetap menjadi perhatian utama.