Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kemenkeu tengah bersiap menghadapi dampak dari tarif dagang Presiden AS Donald Trump terhadap barang-barang yang masuk dari China. Direktur Jenderal Bea dan Cukai Askolani menyebut bahwa China telah merencanakan modus operandi untuk mengirimkan barang ke Amerika Serikat melalui wilayah lain, menghindari larangan langsung. Pemerintah Indonesia sedang mempersiapkan langkah-langkah antisipatif, termasuk pengenaan Bea Masuk Antidumping (BMAD) dan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) untuk mengatasi arus barang-barang yang sebelumnya masuk ke AS namun beralih ke Indonesia.
Sementara itu, Bea Cukai juga meminta kementerian/lembaga lain untuk terus memperbaiki kebijakan terkait impor barang. Dengan berdasarkan evaluasi lapangan, Bea Cukai memberikan masukan kepada K/L terkait untuk pertimbangan kebijakan lebih lanjut. Harapan mereka adalah dengan pencapaian penerimaan hingga Maret sebesar 25 persen, target APBN bisa tercapai.
Menurut Askolani, Kementerian Keuangan akan melaporkan proyeksi anggaran kepada DPR pada laporan semester pertengahan tahun nanti. Kementerian Keuangan, bersama Bea Cukai, akan menyampaikan laporan anggaran terbaru dan komprehensif pada kesempatan tersebut.
Selain itu, penerimaan dari kepabeanan dan cukai hingga Maret 2025 mencapai Rp77,5 triliun, sebesar 25,6 persen dari target APBN. Bea masuk mengalami kontraksi 5,8 persen secara tahunan, disebabkan berkurangnya impor tertentu. Sementara itu, penerimaan dari bea keluar tumbuh signifikan 110,6 persen, didorong oleh hasil produk sawit dan kebijakan ekspor.
Dari sisi cukai, penerimaan mencapai Rp57,4 triliun, tumbuh 5,3 persen secara tahunan. Meski terjadi penurunan basis penerimaan, pelunasan maju menjadi faktor yang mempengaruhi penerimaan tersebut. Hal ini menunjukkan upaya pemerintah untuk menghadapi arus barang impor yang terdampak tarif Trump dan untuk memperkuat pasar domestik.