Suhu bumi yang semakin meningkat dan cuaca yang tak menentu menunjukkan bahwa pemanasan global semakin mengkhawatirkan. Berdasarkan laporan Phys.org, bumi diperkirakan akan mengalami kenaikan suhu rata-rata sebesar 2,7 derajat Celsius pada tahun 2100. Hal ini akan menjadi ancaman serius bagi kehidupan di planet ini.
Peningkatan suhu tersebut disebabkan oleh peningkatan emisi gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2), metana, dan nitrogen oksida sejak era industrialisasi pada tahun 1850. Pada tahun 2023, 41% emisi CO2 berasal dari aktivitas batu bara dan 32% dari penggunaan kendaraan bermotor. Dampak dari pemanasan global telah terasa pada tahun 2024, yang merupakan tahun terpanas yang pernah tercatat.
Sejumlah negara telah berkomitmen untuk mengurangi kenaikan suhu global, meskipun target yang dibuat sulit untuk dicapai. Dari 4 skenario yang dibuat oleh IPCC pada tahun 2014 terkait pemanasan global, hanya skenario RCP 2.6 yang sesuai dengan target Perjanjian Paris. Namun, dengan Bumi saat ini bergerak antara RCP 2.6 dan 4.5, ada ancaman kenaikan suhu sebesar 2,7 derajat Celsius pada tahun 2100.
Untuk menghentikan ancaman pemanasan global yang semakin parah, diperlukan tindakan ekstrem seperti penggunaan sumber energi bersih secara menyeluruh dan penghentian penggunaan bahan bakar fosil pada tahun 2050. Dengan langkah tersebut, diharapkan pemanasan global dapat dikendalikan pada kisaran 1,5 derajat Celsius dengan peluang lebih dari 50%. Selain itu, penebangan hutan juga harus dihentikan.