Dalam menghadapi pemilihan presiden FIA, Carlos Sainz Sr muncul sebagai nama yang cukup populer sebagai alternatif pengganti Mohammed Ben Sulayem. Ia telah mendapatkan dukungan dari beberapa sosok penting di dunia Formula 1, termasuk putranya sendiri, Fernando Alonso, Max Verstappen, Lando Norris, dan beberapa bos tim lainnya. Namun, rivalnya di trek padang pasir, Nasser Al Attiyah, meragukan peluangnya. Meski demikian, Al Attiyah mengakui hubungan baik dengan Ben Sulayem dan mengungkapkan bahwa banyak hal yang perlu diubah di FIA.
Dalam wawancara eksklusif dengan Motorsport.com Spanyol, Al Attiyah menunjukkan ketidakminatannya dalam urusan politik, meskipun tidak menutup kemungkinan Sainz bisa mencalonkan diri sebagai presiden di masa depan. Ia juga merasa bahwa konteks saat ini belum mendukung ide tersebut. Sementara itu, kondisi internal FIA telah dipenuhi dengan kontroversi, pengunduran diri, dan konflik yang mengakibatkan ketidakpuasan dari berbagai pihak.
Meskipun belum ada tanggal resmi pelaksanaan pemilihan presiden, namun Sainz terus mendapatkan dukungan yang cukup kuat. Namun demikian, ada juga peringatan dari Ari Vatanen, mantan pereli yang mencalonkan diri pada 2009, bahwa FIA bukanlah demokrasi yang sesungguhnya. Dalam situasi politik yang kompleks ini, pernyataan Al Attiyah menambah warna baru dalam kemungkinan pertarungan antara dua legenda balap. Perjalanan menuju pemilihan presiden berikutnya dijadwalkan akan dilaksanakan di Tashkent, Uzbekistan pada 12 Desember 2025.