Musim kemarau seharusnya sudah melanda Indonesia pada bulan Juli. Namun, sejumlah wilayah Indonesia masih diguyur hujan menjelang akhir bulan ini. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat bahwa sejumlah wilayah sebenarnya sudah memasuki musim kemarau. Bahkan, musim kemarau semakin meluas di Indonesia menuju akhir Juli 2025. Menurut BMKG, hampir separuh wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau. Analisis terbaru menunjukkan sekitar 45 persen dari Zona Musim (ZOM) di Indonesia telah aktif memasuki periode kemarau hingga dasarian III Juli 2025.
Wilayah yang sudah memasuki musim kemarau termasuk sebagian besar Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT), serta sebagian wilayah Sumatera bagian selatan dan Sulawesi Selatan. Meskipun demikian, cuaca signifikan masih berpotensi terjadi. Hujan lebat hingga ekstrem masih tercatat di beberapa daerah. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengatakan bahwa dinamika atmosfer yang kompleks masih memicu terbentuknya awan-awan konvektif penyebab hujan deras di tengah musim kemarau.
Meskipun sudah pertengahan musim kemarau, berbagai faktor atmosfer global dan regional masih mendukung terjadinya hujan lebat dan cuaca ekstrem di banyak wilayah. BMKG memprediksi bahwa musim kemarau tahun ini diprediksi datang bersamaan atau lebih lambat dari normalnya di 409 ZOM (59 persen). Namun, akumulasi curah hujan selama musim kemarau diperkirakan berada pada kategori normal, tanpa kecenderungan lebih basah atau lebih kering.
BMKG juga menjelaskan bahwa sebagian besar wilayah Indonesia masih berada dalam fase peralihan musim atau pancaroba. Peningkatan intensitas radiasi Matahari berkontribusi terhadap penguatan proses konvektif di lapisan atmosfer bawah dengan meningkatkan potensi terbentuknya awan konvektif pada sore hingga malam hari. Kondisi ini berpeluang menimbulkan hujan dengan karakteristik tidak merata, berdurasi singkat, berintensitas sedang hingga lebat, serta disertai kejadian kilat/petir dan angin kencang di sejumlah wilayah.