Dalam sebuah podcast baru-baru ini, CEO OpenAI Sam Altman mengungkap bahwa percakapan pengguna dengan ChatGPT dapat digunakan sebagai alat bukti di pengadilan. Altman menyoroti pentingnya melindungi kerahasiaan percakapan ini secara hukum, terutama mengingat pengguna sering berbagi topik pribadi dengan ChatGPT, seperti masalah hubungan, kesehatan mental, dan masalah pribadi lainnya. Altman membandingkan perlunya menjaga kerahasiaan percakapan dengan ChatGPT dengan percakapan dengan terapis atau pengacara, yang dilindungi oleh hak istimewa hukum.
Namun, saat ini, pengadilan di Amerika Serikat dapat meminta percakapan pengguna ChatGPT, dan OpenAI diwajibkan untuk mematuhi perintah pengadilan tersebut. Altman berpendapat bahwa hal ini dapat menimbulkan masalah privasi bagi pengguna jika terjadi gugatan hukum. Dalam konteks ini, OpenAI telah menentang perintah pengadilan yang meminta mereka menyimpan percakapan ratusan juta pengguna ChatGPT secara global. Perusahaan ini menganggap perintah tersebut sebagai tindakan yang melebihi batas, serta menimbulkan kekhawatiran akan privasi data pengguna.
Altman juga menyampaikan kekhawatiran bahwa kurangnya privasi dapat menjadi penghalang bagi adopsi pengguna yang lebih luas. Permasalahan perlindungan privasi dalam penggunaan teknologi seperti ChatGPT semakin mendapat perhatian, terutama ketika perkembangan undang-undang semakin membatasi akses ke kebebasan yang sebelumnya telah ada. Sebagai perusahaan teknologi, OpenAI berkomitmen untuk melindungi privasi pengguna dan menjaga kejelasan hukum terkait hal tersebut. Dengan demikian, perlindungan privasi tetap menjadi fokus utama dalam pengembangan dan penggunaan teknologi AI seperti ChatGPT.