BMKG memperkirakan wilayah Riau akan mengalami bahaya tinggi hingga sangat tinggi karhutla pada akhir Agustus 2025. Untuk mengantisipasi kondisi ini, BMKG bekerja sama dengan BNPB, TNI, dan pemerintah daerah melaksanakan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) mulai 24 hingga 31 Agustus. Langkah ini dianggap efektif dalam mencegah meluasnya karhutla dengan memanfaatkan potensi awan hujan dan menjaga kebasahan lahan.
Meskipun musim kemarau di Riau sudah mencapai puncaknya pada Juni-Juli, wilayah seperti Indragiri Hilir baru mengalaminya pada Agustus. Curah hujan di sebagian besar wilayah Riau pada dasarian III Agustus masih rendah, namun diperkirakan akan meningkat pada bulan September. Faktor-faktor seperti gelombang atmosfer Rossby Ekuator tengah yang aktif di Sumatera bagian utara hingga tengah dan suhu muka laut yang hangat di Selat Malaka dapat memicu pembentukan awan hujan, tetapi kondisi atmosfer yang lebih kering tetap perlu diwaspadai.
Dwikorita juga menyinggung efektivitas OMC dalam menekan laju karhutla. Contohnya, setelah pelaksanaan OMC di Riau pada 21 Juli, jumlah titik panas menurun drastis hingga nol pada 28 Juli. Selain itu, OMC yang digelar secara nasional di sejumlah provinsi rawan kebakaran telah menurunkan hujan dengan tingkat keberhasilan 85-100 persen, memberikan lebih dari 586,1 juta meter kubik air hujan untuk mengurangi potensi kebakaran.
Dalam konteks ini, BMKG mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada, khususnya di Riau. Masyarakat diimbau untuk tidak melakukan aktivitas yang dapat memicu kebakaran, seperti pembakaran lahan atau membuang puntung rokok sembarangan. Dukungan dan gotong royong dari semua pihak, termasuk masyarakat, dianggap penting dalam upaya pencegahan karhutla.