Bank Indonesia (BI) telah merilis buku Kajian Stabilitas Keuangan Nomor 45 pada Agustus 2025 untuk memberikan dukungan kepada ketahanan perekonomian nasional. Deputi Gubernur Bank Indonesia, Juda Agung, menyatakan bahwa penting untuk menjaga keseimbangan antara stabilitas perekonomian dan mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global yang masih ada. Buku KSK 45 ini mengusung tema “Mendorong Intermediasi, Memperkuat Ketahanan di Tengah Peningkatan Ketidakpastian Global.”
Dalam buku tersebut, dicatat bahwa stabilitas sistem keuangan Indonesia pada semester pertama 2025 tetap terjaga meskipun ada gejolak global, berkat ketahanan perbankan, industri keuangan non-bank, serta korporasi dan rumah tangga. Selama periode tersebut, respons kebijakan makroprudensial yang longgar dan berfokus pada upaya mendukung pertumbuhan adalah dengan penguatan Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM). Bank Indonesia meningkatkan porsi KLM dari 4 persen menjadi 5 persen per 1 April 2025.
Hingga minggu pertama Agustus 2025, total insentif KLM yang disalurkan mencapai Rp384 triliun, dengan sebagian besar dialokasikan kepada bank BUMN, Bank Umum Swasta Nasional (BUSN), Bank Pembangunan Daerah (BPD), dan Kantor Cabang Bank Asing (KCBA). Insentif KLM tersebut disalurkan ke sektor-sektor prioritas seperti pertanian, real estate, perumahan rakyat, konstruksi, perdagangan, manufaktur, transportasi, pergudangan, pariwisata, ekonomi kreatif, UMKM, ultra mikro, dan hijau.
Juda berharap bahwa KSK 45 dapat menjadi panduan strategis yang membantu menajamkan pemahaman, memperkuat keyakinan, dan merumuskan langkah-langkah mitigasi terhadap berbagai risiko yang semakin kompleks. Dengan semangat kolaborasi, kita diharapkan dapat memastikan bahwa likuiditas yang ada tidak hanya berputar di sektor perbankan, tetapi benar-benar mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif, kuat, dan berkelanjutan bagi semua pihak.