Pakar BRIN Ungkap Hubungan Krisis Iklim dan Penyebaran TBC sampai DBD

Krisis iklim memiliki dampak signifikan terhadap penyebaran berbagai penyakit menular, termasuk Tuberkulosis dan demam berdarah. Perubahan iklim tidak hanya mempengaruhi lingkungan fisik tetapi juga kesehatan manusia. Kenaikan suhu udara, cuaca ekstrem, dan penurunan kualitas air menjadi faktor utama dalam meningkatkan jumlah penyakit yang dapat ditularkan kepada manusia. Salah satunya adalah TBC, yang masih menjadi masalah kesehatan nasional dan global. Perubahan iklim juga dapat memicu peningkatan penyakit yang ditularkan melalui vektor seperti nyamuk, seperti malaria, demam berdarah, dan chikungunya.

Selain itu, gangguan pernapasan seperti asma dan alergi, serta penyakit lainnya seperti tifus, kolera, diare, dan malnutrisi juga dipicu oleh perubahan iklim. Hal ini juga berdampak pada kesehatan mental masyarakat. Paparan panas ekstrem dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan stroke. Studi yang dilakukan oleh Pusat Riset Sains Data dan Informasi (PRSDI) BRIN bertujuan untuk memahami, merencanakan, dan mencegah dampak perubahan iklim terhadap kesehatan. Hasil studi ini diharapkan dapat membantu pemerintah dalam mengantisipasi risiko kesehatan dan menyusun strategi adaptasi untuk melindungi masyarakat.

Penelitian di wilayah Jawa Barat menunjukkan bahwa beberapa kabupaten seperti Karawang, Majalengka, dan Kuningan memiliki resiko penyebaran TBC yang tinggi. Faktor seperti curah hujan harian, kelembaban udara, kepadatan penduduk, dan akses terhadap air bersih juga mempengaruhi penyebaran penyakit. Tim peneliti BRIN berharap bahwa data yang diperoleh dari penelitian ini dapat membantu pemerintah daerah dalam menetapkan prioritas intervensi kesehatan dan strategi adaptasi terhadap dampak perubahan iklim. Pemahaman yang lebih mendalam terhadap kaitan antara perubahan iklim dan penyebaran penyakit dapat menjadi langkah penting dalam menjaga kesehatan masyarakat di masa yang akan datang.

Source link