Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah satelit yang mengorbit Bumi mengalami peningkatan signifikan, terutama dengan kehadiran Satelit Orbit Rendah (LEO) seperti Starlink dan Amazon Kuiper. Sejak Sputnik diluncurkan pada 1957, jumlah satelit yang diluncurkan setiap tahunnya berkisar antara 50 hingga 100. Namun, pada tahun 2010-an, perkembangan perusahaan antariksa swasta seperti SpaceX mengakibatkan lonjakan tajam dalam jumlah peluncuran. Pada tahun 2024, rata-rata sebuah roket diluncurkan setiap 34 jam, menambah lebih dari 2.800 satelit ke orbit, dengan total 11.700 satelit aktif pada Mei 2025. Sebagian besar satelit ini berada di LEO, di bawah ketinggian 2.000 kilometer di atas Bumi.
Menurut Jonathan McDowell dari Pusat Astrofisika Harvard & Smithsonian, jumlah total satelit, termasuk yang sudah tidak aktif dan menunggu untuk dipindahkan, bisa mencapai 14.900 menurut data dari Kantor Urusan Luar Angkasa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Meskipun jumlah satelit aktif hingga saat ini bisa dianggap banyak, beberapa ahli memperkirakan bahwa jumlahnya masih akan meningkat secara drastis. Penambahan satelit secara eksponensial utamanya berasal dari jaringan satelit raksasa yang dibangun oleh perusahaan swasta seperti Starlink milik SpaceX.
Saat ini, sekitar 7.400 satelit Starlink aktif mengorbit Bumi, menyumbang lebih dari 60 persen dari total satelit aktif. Dengan berbagai konstelasi satelit lainnya dalam perencanaan dan implementasi, sulit untuk memprediksi jumlah satelit yang akan diluncurkan di masa depan. Namun, para peneliti memperkirakan batas daya dukung maksimum planet kita dalam hal jumlah satelit aktif sehingga dapat mempertahankan keteraturan dan menghindari tabrakan antar-satelit. Para ahli meyakini bahwa daya dukung LEO kemungkinan besar berada di angka 100.000 satelit aktif, dengan perkiraan bahwa batas ini bisa tercapai sebelum tahun 2050.