Prabowo Subianto menulis dalam bukunya “Kepemimpinan Militer 1: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto” bahwa sejarah telah membuktikan bahwa kunci keberhasilan suatu bangsa terletak pada kepemimpinan. Sebuah adagium di tentara menyatakan bahwa tidak ada prajurit yang buruk, hanya ada komandan yang buruk.
Beliau juga membagikan adagium lain yang diajarkan kepadanya saat ia masih seorang perwira muda, yaitu “Seribu kambing dipimpin oleh seekor harimau akan mengaum semua. Tetapi seribu harimau dipimpin kambing akan embeeeek semua.”
Prabowo Subianto kemudian membagikan kisah kepemimpinan cerdas Teuku Umar, seorang pejuang dari Aceh pada masa penjajahan Belanda. Teuku Umar dikenal sebagai seorang pemimpin yang cerdas dan pemberani, serta memiliki sifat keras dan pantang menyerah.
Ketika Belanda pertama kali menyerang pada tahun 1873, Teuku Umar berumur 19 tahun dan ikut bertempur melawan mereka. Pada usia 29 tahun, Teuku Umar bahkan berpura-pura menjadi antek Belanda dan masuk dinas militer untuk melawan mereka. Dia kemudian memanfaatkan posisinya untuk melawan Belanda dan berhasil membebaskan kapal Inggris yang disandera oleh Raja Teunom.
Meskipun pada akhirnya Teuku Umar gugur dalam perang melawan Belanda, kisah kepemimpinannya tetap dikenang hingga saat ini sebagai contoh kepemimpinan yang cerdas dan pemberani.