Dalam dunia bola basket, buzzer beater adalah momen paling dramatis yang sering kali memicu ledakan emosi penonton. Istilah ini merujuk pada tembakan terakhir yang dilepaskan tepat sebelum waktu pertandingan habis, dan bola berhasil masuk ke dalam ring, menentukan kemenangan tim. Suara bel terdengar, bola melayang, dan reaksi penonton bisa berupa sorak-sorai atau keheningan yang mendalam. Itulah daya tarik buzzer beater—campuran antara ketidakpastian, harapan, dan momen keajaiban.
Agar tembakan dikategorikan sebagai buzzer beater, bola harus sudah terlepas dari tangan pemain sebelum waktu habis. Pada level profesional seperti NBA atau NCAA, penggunaan tayangan ulang menjadi umum untuk memastikan ketepatan waktu tembakan. Tembakan buzzer beater dapat berupa tembakan dua poin, tembakan tiga poin yang berisiko tinggi, atau bahkan tembakan setengah atau satu lapangan yang jarang terjadi namun sering menjadi viral.
Untuk berhasil mencetak buzzer beater, seorang pemain perlu memiliki keterampilan fisik, teknik menembak yang baik, dan ketangguhan mental. Kombinasi kecepatan, kelincahan, kekuatan, akurasi, dan jangkauan tembakan menjadi modal utama. Selain itu, pemain harus menjaga fokus dan ketenangan dalam tekanan tinggi. Buzzer beater bukan hanya sekadar tembakan terakhir, tetapi simbol keberanian, ketepatan, dan keajaiban dalam bola basket.
Mungkin tembakan buzzer beater hanya terjadi sekali dalam seumur hidup seorang pemain, namun momen tersebut akan selalu dikenang oleh penggemar di seluruh dunia. Dari Michael Jordan sampai Damian Lillard, buzzer beater tetap menjadi bagian bersejarah dalam dunia olahraga. Sundul.co.
