Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) telah mengungkapkan strategi perlindungan dan pelestarian terumbu karang di Raja Ampat, Papua Barat Daya di tengah krisis iklim. Salah satu strategi yang digunakan adalah dengan mengintegrasikan ketahanan iklim ke dalam sistem zonasi Kawasan Konservasi Perairan (KKP). YKAN bersama mitranya telah menganalisis berbagai data terumbu karang, ikan karang, hidrodinamika laut, pemanfaatan, sumber ancaman, dan akses untuk mengidentifikasi lokasi kunci yang tahan terhadap perubahan iklim.
Beberapa peneliti telah menemukan lokasi yang cocok untuk penelitian ini di wilayah Raja Ampat, baik di Misool Selatan maupun Misool Utara. Pada November 2024, Stephen Palumbi, seorang profesor biologi laut dari Stanford University, memberikan pelatihan kepada para pemangku kepentingan di KKP Raja Ampat tentang metode uji termal untuk mengevaluasi ketahanan terumbu karang terhadap suhu laut yang meningkat.
Penelitian terbaru di Misool Selatan dari November 2024 hingga Januari 2025 menunjukkan hasil yang menarik. Berbagai eksperimen dilakukan pada delapan spesies karang, dengan jenis Porites lobata dan Porites cylindrical menunjukkan ketahanan suhu yang lebih baik. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk merumuskan strategi konservasi terumbu karang yang lebih tangguh dan dapat diaplikasikan di wilayah perairan lain di Indonesia.
Selain itu, YKAN bersama dengan The Nature Conservancy, Reef Resilience Network, dan Stanford University telah menyelenggarakan lokakarya “Restoration Planning with Thermal Data Workshop” untuk memperkuat upaya konservasi terumbu karang di Indonesia. Di lokakarya ini, data toleransi termal diintegrasikan ke dalam perencanaan restorasi guna mendukung ketahanan ekosistem laut terhadap perubahan iklim. Dengan demikian, langkah-langkah yang diambil diharapkan dapat membantu melindungi keanekaragaman hayati laut dan terumbu karang di Raja Ampat.