Kejahilan teknologi kecerdasan buatan (AI) deepfake semakin merajalela, dan kali ini memengaruhi Menteri Keuangan Sri Mulyani terkait pernyataan guru sebagai beban negara. Sri Mulyani telah membantah pernyataan tersebut yang tersebar luas di media sosial. Awal mula pernyataan yang terdistorsi teknologi AI berasal dari klip video tidak lengkap dari pidatonya di Forum Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia di ITB pada 7 Agustus lalu. Sri Mulyani menjelaskan bahwa video tersebut merupakan hasil deepfake dan hanya potongan kecil dari pidatonya saat acara tersebut.
Sebelumnya, sebuah video yang menampilkan Sri Mulyani viral di media sosial dengan pernyataan kontroversial bahwa guru adalah beban negara. Video ini menimbulkan reaksi negatif dari publik terhadap pidato Sri Mulyani, khususnya dalam konteks kritik terhadap pernyataannya mengenai tanggungan gaji guru oleh negara. Deepfake menggunakan kecerdasan buatan untuk membuat video atau audio baru yang dapat menyesatkan orang dengan kejadian yang sebenarnya tidak pernah terjadi.
Istilah “deepfake” merujuk pada teknologi pembelajaran mendalam yang memungkinkan mesin untuk membuat konten palsu dari orang yang sebenarnya. Dengan adanya deepfake, risiko penyebaran informasi palsu dan manipulasi visual akan semakin meningkat. Deepfake seringkali digunakan dengan niat jahat untuk menyebarkan informasi yang salah dan menimbulkan keraguan pada isu-isu penting. Oleh karena itu, penting bagi publik untuk waspada terhadap konten deepfake dan memeriksa kebenarannya sebelum menyebarkannya secara luas.