Kisah Acil Bimbo: Budayawan Sunda Berusia 82 Tahun

Kabar duka menyelimuti kota Bandung pada Senin malam yang tenang, saat budayawan dan pentolan grup musik legendaris Bimbo, Acil Bimbo, berpulang. Berita kepergiannya menyebar cepat di kalangan seniman melalui pesan singkat dan grup WhatsApp. Acil Bimbo menghembuskan napas terakhirnya pukul 22.22 WIB di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. Suasana ramai di rumah duka di Cigadung, Bandung, di mana keluarga, teman, musisi, dan masyarakat berkumpul untuk memberikan penghormatan terakhir. Jenazahnya direncanakan dimakamkan di Cipageran, Cimahi.

Putrinya, Sofia Yulinar, membenarkan kabar tersebut dan mengungkapkan bahwa Acil Bimbo wafat di RSHS Bandung. Cucunya, Adhisty Zara, turut menyampaikan kesedihannya melalui Instagram. Acil Bimbo merupakan sosok budayawan Sunda yang peduli terhadap kelestarian budaya lokal. Dia juga dikenal kritikus atas perubahan sosial yang terjadi di masyarakat Sunda.

Acil Bimbo lahir di Bandung pada 20 Agustus 1943 dan menjalani pendidikan hukum di Universitas Padjadjaran. Bersama kakak dan adiknya, serta penyanyi Iin Parlina, Acil membentuk grup musik Bimbo pada 1966. Bimbo dikenal dengan lagu-lagu religius, cinta, sosial, dan kritik zaman yang mempengaruhi banyak generasi.

Lagu-lagu Bimbo, seperti “Sajadah Panjang” dan “Melati dari Jayagiri”, menunjukkan kepiawaian mereka dalam mengolah kata-kata menjadi musik yang khas. Acil Bimbo juga dikenal sebagai pecinta lingkungan yang vokal dalam mengkritisi kerusakan hutan di Jawa Barat. Acil meninggalkan warisan berupa nilai, pesan moral, dan jejak inspiratif yang akan terus dikenang oleh generasi Indonesia selanjutnya. Dengan kepulangannya, Acil Bimbo meninggalkan legasi yang akan terus hidup melalui lagu-lagu dan pandangannya yang mendalam tentang budaya, musik, serta lingkungan.

Source link

Exit mobile version